Lepas Landas
Saat itu tengah malam. Aku hendak bersiap untuk berangkat
ke tempat peluncuran misi Gemini 3 yang akan membawa manusia pertama kali
kedalam orbit bumi. Sebelum aku berangkat, ayah dan ibuku berpesan, “Tetaplah berpegang
teguh pada Tuhan dan kamu akan merasa tenang. Kami ingin kau berjanji bahwa kami
akan bertemu lagi 24 jam dari sekarang”. “Aku janji”, jawabku sambil meneteskan
air mata, menyadari bahwa aku bisa saja tengah mengatakan kata-kata terakhirku
kepada mereka.
**********
Sampailah aku di pusat kontrol misi. ‘Ku lihat dari jauh
peluru besar yang akan membawaku meluncur menembus langit. Terlihat hanya
beberapa sentimeter dari kejauhan, membohongi mata, yang aslinya ratusan meter
tingginya. Aku melihat ke atas, ke langit malam yang dipenuhi dengan
bintang-bintang. Aku tak percaya bahwa sebentar lagi aku akan bergerak lebih
dekat, mendekati bintang-bintang itu. Namun, saking tak percayanya, aku tak
yakin bahwa aku akan berhasil. Terlupa aku akan pesan orang tuaku.
**********
Tiga jam menjelang peluncuran, insinyur-insinyur,
pengawas-pengawas makin sibuk. Hatiku berdegup makin kencang. “Sekarang pukul
03.00 dan penghitungan mundur terus berjalan, peluncuran misi Gemini 3 untuk
mencapai orbit bumi rendah kian mendekat”, suara reporter di siaran TV. Aku
terpikir. Aku masuk ke kamar kecil dan bercermin. Kupandang wajah khawatir. Aku
mencoba berpikir apa yang membuatku menjadi seperti ini. Dan teringatlah aku
akan pesan dan janjiku kepada orang tuaku. Aku menghela nafas dan berkata
kepada wajah di cermin itu, “Kita bisa”. ‘Ku bilas wajahku dan kulihat kembali
wajah di kaca itu. Kali ini, kulihat wajah yang sumringah, yakin, percaya diri.
Bagai burung merak yang memamerkan ekornya.
**********
Dua jam lagi, penghitungan mundur terus berjalan. Aku dan
para kru masuk ke dalam peluru besar itu. Kali ini, melihat ukuran asli peluru
itu, ratusan meter tingginya. Kami masuk, duduk vertikal, menghadap ke
bintang-bintang yang tadi kupandang. Masing-masing membawa foto-foto keluarga kami;
orang-orang yang kami sayangi. “Satu jam berlalu dan menuju dua jam menjelang
peluncuran misi Gemini 3. Para kru telah memasuki roket pengantar mereka,
Saturn V”. Lanjut suara siaran TV.
**********
“T-minus 2 menit”, direktur peluncuran mengumumkan. Kami
menutup dan mengunci pelindung jendela kami. Berdoa dan mengingat orang-orang
yang kami cintai. “T-minus 10 detik”, hatiku berdebar kencang. “Sembilan”, aku
memejamkan mataku. “Delapan, tujuh, enam”, aku berdoa kepada Tuhan dan ‘ku
ingat pesan dan janjiku. “Lima, empat, tiga”, aku menarik nafas. “Dua, satu,
nol”, seketika hening. Sepersekian detik kemudian dan getaran yang sangat kuat
mengguncang kapsul kru. Roket pendorong menyala, jutaan kilogram gaya, mendorong
kami. “Dan lepas landas!”, seru direktur peluncuran. Terdengar sorakan para kru
darat melalui radio.
Kami telah lepas landas.
Empat menit berlalu, dan kami sudah melewati garis Kármán.
100 kilometer di atas Bumi. Disinilah luar angkasa dimulai. Getaran yang
tadinya sangat hebat, sekarang menjadi sangat tenang. Sangat tenang sampai kami
hanya dapat mendengar detak jantung kami.
Kami membuka pelindung jendela kami. Terungkaplah
pemandangan yang terlampau indahnya. Bola biru yang sangat besar. Membayangkan
ada miliaran orang yang berpijak di bola biru itu. Sungguh ajaib. Kami semua
ternganga. Melambaikan tangan kami seakan keluarga kami dapat menyapa kembali.
**********
Sepuluh menit setelah lepas landas. Roket pendorong
kembali menyala, menyempurnakan orbit kami. Dan setelah 15 detik, tercatatlah sejarah
baru. Lima dari miliaran manusia telah mengorbit Bumi untuk yang pertama
kalinya. Kami melewati siang-malam sebanyak tiga kali dalam 4 jam. Saking
cepatnya kami melintas.
**********
5 jam berlalu, dan sudah saatnya kami pulang kembali. ‘Ku
hendak menepati janjiku untuk bertemu dengan keluargaku. Kru darat kembali
makin sibuk memperhitungkan lintasan kami. Hanya ada kapsul yang melayang
sendirian di luar angkasa berisi lima manusia yang akan kembali ke tempat
asalnya. Roket pendorong kembali menyala, mengeluarkan lintasan kami dari
lintasan orbit.
15 menit kemudian dan kami terus mendekati bumi, melewati
garis Kármán, dan masuk kembali ke atmosfer Bumi. Menabraknya dengan kecepatan
luar biasa tadi. Api-api panas akibat gesekan udara terlihat dari luar jendela
dan terasa guncangannya yang hebat. Kembali lagi, saat-saat kami berdoa dan
memohon agar dapat bertemu kembali dengan orang-orang tercinta kami.
Setelah sekian menit dalam guncangan yang hebat itu,
kecepatan kami mulai menurun dan kondisi kapsul kembali tenang. Kali ini, hanya
terdengar angin-angin yang berhembus, melewati kapsul kami. Aku menengok keluar
jendela dan mulai kulihat garis cakrawala naik perlahan antara laut dan langit
yang kutinggalkan dalam kondisi malam gelap, kini menjadi siang terang.
Parasut terbuka dan kami terguncang karena inersia. Mulai perlahan-lahan kami turun ke lautan. Pelampung di bawah kapsul kami membuka dan kami mendarat. Kami menghela nafas dan tertawa bahagia, bersyukur, bahwa kami akan dapat bertemu kembali dengan keluarga kami. Kru darat bersorak, merayakan kesuksesan misi bersejarah ini. Aku membayangkan kembali bahwa kami telah lepas landas dan kembali lagi. Dengan selamat.
******************************************************************************